SUBANG, iNewsTuban.id - Ini kisah happy ending para istri nelayan dan nasib mujur ikan tengkek. Duet ini sukses mendatangkan berkah, omzet Rp1 miliar per tahun.
“Dulu, ikan tengkek tidak ada harganya. Bahkan, dianggap limbah oleh nelayan. Kalau dapat tengkek di laut, dijual murah,” kata Eka Mustika, pemilik UMKM Mustika Food. Eka adalah satu dari 22 anggota KUW (Kelompok UMKM Wanita) Greenthink. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina2, membina KUW Greenthink sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seluruh anggota KUW Greenthink merupakan istri-istri nelayan di Kecamatan Cilamaya Girang, Blanakan, Subang.
Ikan tengkek kurang diminati konsumen. Tengkek dihindari lantaran anatomi tubuhnya yang penuh duri. Permintaan pasar terhadap ikan tengkek tidak sebesar jenis ikan lain seperti tenggiri, tongkol, kakap, dan bandeng. Alhasil harga jual tengkek rendah.
Mengolah ikan tengkek pun punya tantangan tersendiri, karena kulitnya yang keras. Ikan ini memang bisa dibakar, seperti ikan etong atau ayam-ayam yang karakter kulitnya sama-sama keras. Bedanya, ikan etong dan ayam-ayam lebih berdaging dengan sedikit duri. Sementara, daging tengkek sedikit dengan duri lebih banyak.
Tengkek, si ikan kurus berduri yang tak diminati pasar, kini menjelma menjadi produk olahan lezat dan bergizi, berkat kegigihan dan kreativitas Eka dan perempuan tangguh KUW Greenthink. Melalui tangan-tangan kreatif mereka, tengkek disulap menjadi berbagai produk olahan, seperti abon, dendeng, dan kerupuk.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait