"Setiap hari jualan, kalau dulu jualan jam 7 sampai jam 11 malam, tapi sekarang jam 10 pagi sampai jam 5 sore. Malam itu sudah sepi, nggak ada orang jualan," ucap pria dua anak ini.
Aktivitas jualan itu dia geluti sampai kini. Bahkan dia berhasil berangkat haji dari hasil menyisihkan uang tabungan sejak lama. Dari awal berjualan dengan modal harga Rp1.000 dengan harga kini Rp6.000 per porsi. Keuntungan itu kemudian dia sisihkan Rp20.000-Rp30.000 setiap harinya dan diserahkan ke istri untuk ditabung.
"Pernah jualan harga Rp1 rupiah. Pernah Rp3.500, kalau sekarang Rp6.000. Itu gulanya 3 kilo, kalau dulu gulanya 10-12 kilo, turun sekarang. patokan gula yang lain terserah, ukurannya tidak bisa ngitung," katanya.
Kerja keras Said ditopang istrinya Kasiatun, yang pernah bekerja sebagai penyuluh Keluarga Berencana (KB) di Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Malang yang memegang Kecamatan Batu. Kasiatun bertugas sejak tahun 1973 di BKKBN hingga pensiun tahun 2000.
"Saya memegang Kecamatan Batu, dulu kan masih ikut Kabupaten Malang, megang 3 desa, total dulu 7 orang penyuluh, dulu masih susah, ke desanya itu ngikut mobil pickup lain, pernah numpang mobil isinya babi," kata Kasiatun.
Kini dia dan suaminya bersiap menjadi tamu Allah di Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi. Keduanya menjadi bagian dari kloter 81, calon jamaah haji Kota Batu yang berangkat pada 25 Mei 2025 mendatang ke Makkah.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait