Dalam sehari, Latif dan 12 orang pekerjanya mampu memproduksi hingga 1 ton briket. Dalam sebulan angka itu bisa menyentuh 15 ton produksi dengan omset mencapai Rp. 45 juta hingga Rp. 60 juta.
“untuk alasan memilih sebenarnya yang pertama adalah dari limbah kulit siwalan yang tidak ada nilai jualnya sehingga kami lirik ternyata memilik karakteristik mirip batok kelapa. Alasan kedua pastinya di tuban belum ada sehingga kami bercita cita menjadi pelopor. Saat ini bisnis briket kami memiliki kapasitas harian 750 kilogram sampai 1 ton perhari untuk sekmen marketnya kita alhamdulillah sudah masuk dalam semua daerah di indonesia selaim itu kita juga kerjasama dengan PT yang lebih besar dalam program sub membantu proses produksi seperti market luar negeri india dan timor leste. Untuk harga briket kami sendiri berkisaran Rp 4.700 - Rp 8000 perkemasan satu kilogram dan yang paling laris briket barbequ, untuk saat ini kapasitas kami perhari 1 ton dalam satu bulan bisa mencapai 15 ton dengan omset Rp 45 juta - Rp 60 Juta,” ujar Latif Wahyudi.
Untuk harga jualnya cukup terjangkau, briket dijual dengan kisaran harga Rp. 4.700 hingga Rp. 8.000 per-kemasan satu kilogram, tergantung jenis dan tujuan pemakaiannya.
Briket khusus Barbeque menjadi produk terlaris, karena daya bakarnya yang stabil dan minim asap.
Bermula dari limbah tak terpakai, berkat inovasi dan kegigihan, sekarang menjadi sumber penghasilan puluhan juta rupiah perbulan. Bukti bahwa dengan kreativitas, sampah pun bisa jadi cuan.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait