Menurut Ahsan, para petani telah lama menyuarakan keresahan terkait luapan air yang disebabkan pendangkalan sungai dan kerusakan lingkungan dikawasan pegunungan kapur diwilayah sekitar yang hutannya sudah gundul dan adanya tambang ilegal yang berdampak pada hulu aljiran kali avur . Puncak kekesalan itu bahkan sempat mendorong warga menjebol tanggul Waduk Jabung Ring Dyke (JRD) di Desa Mlangi dan Mrutuk pada 17 Juni 2025 lalu.
BBWSBS dan Pemerintah Kabupaten Tuban merespons kejadian itu dengan merencanakan proyek revitalisasi sungai sepanjang sembilan kilometer yang disebut akan dimulai akhir Agustus 2025. Namun, Ahsan menyebut rencana tersebut belum menyentuh akar masalah.
“Kami minta normalisasi menyeluruh dari hulu sampai hilir, bukan hanya pengerukan ringan di bagian bawah. Termasuk permintaan kami soal AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi), alat pertanian, pelatihan adaptasi iklim, semuanya belum ada jawaban jelas,” ujar dia.
Kepala BBWSBS, Gatut Bayuadji, tidak membantah bahwa aktivitas pertambangan ilegal di hulu turut memperparah sedimentasi sungai. Ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan penertiban terhadap tambang liar.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait