Bahkan dalam sehari bengkel bisa menghabiskan puluhan busi baru untuk mengatasi masalah tersebut.
Dari hasil pemeriksaan sementara, mekanik menemukan bahwa kerusakan terjadi pada sistem pengapian. dimana busi cepat mati dan pengapian tidak stabil. Meski begitu, belum ada kesimpulan pasti apa penyebab utamanya.
Untuk menghindari kerusakan ulang, mekanik mengarahkan pengguna untuk menguras BBM lama dan menggunakan bahan bakar pertamax. Sejak itu, sejumlah konsumen mengaku kendaraannya kembali normal setelah berganti jenis BBM.
“ya, kisaran di atas 50-an lah. kayak kemarin aja kita hari seni itu menghabiskan kisaran 30 busi-an. ini kejadian kayak gini mulai minggu lalu. mulai hari jumat.banyak keluhan konsumen itu motor baru, meskipun belum kpb 1, kilometer kisaran 100 sampai 700-an itu tiba-tiba brebet, terus gas enggak mau jalan, gas dilepas mati. setelah dicek mekanik itu ditemukan ternyata percikan busi itu tidak fokus di satu titik. jadi kayak pengapiannya itu menyebar gitu. dan indikasinya, untuk secara pasti kita enggak belum menemukan yang pasti, soalnya kita juga untuk ngecek dari grid-nya bahan bakar juga enggak ada alat yang pasti juga. cuman tak sarankan konsumen itu, yang pertama busi tak langsung tak ganti, penyakit itu sembuh. cuman kalau bbm-nya tetap pakai yang bbm yang dipakai konsumen, yang tadi mesin di sini kan pertalite itu, besoknya kembali lagi ke sini dengan kejadian yang sama, busi mati lagi. akhirnya kita edukasi ke konsumen, setelah kita ganti busi, wajib untuk menguras bahan bakar yang pertalite itu. jadi kita arahkan ke pertamax dulu. dan selama ini diganti pertamax alhamdulillah aman. cuman untuk memastikan kondisi pertalite itu.jelek atau enggaknya saya enggak punya bukti, cuman konsumen tak edukasi seperti itu,” ungkap Slamet, Kepala Mekanik Ahass MPM Motor Tuban.
Ramainya keluhan masyarakat tentang kasus motor brebet ini juga menjadi perhatian Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait
