“Kami memberikan panduan tiga buku berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja. Kami juga memberikan buku berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang,” ujar Dr Rimbawan.
Dikatakan Dr Rimbawan, anemia merupakan penyakit, di mana jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah yang normal. Saat didiagnosis anemia, proses pengantaran oksigen dan nutrisi ke semua sel dan jaringan tubuh menjadi terganggu. Kemudian, muncul berbagai keluhan, seperti mudah lelah, pusing, hingga kulit pucat. Untuk itu, perlu asupan makanan yang kaya akan nutrisi untuk menambah darah.
“Dalam pilot project target kami menurunkan prevalensi status anemia santri di pondok pesantren melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan pendidikan gizi. Setelah kami menyediakan menu yang tinggi kandungan zat besi, santri mulai makan lebih banyak. Hasilnya, kami mampu mengurangi 20 persen kejadian anemia di kalangan santri,” kata Dr Rimbawan.
Sementara itu Tim SLP akan terus kontribusi untuk mengatasi masalah gizi anak di Indonesia, khususnya di pondok pesantren.
“Kami bersama Tim SLP dari Institut Pertanian Bogor (IPB) akan melakukan observasi dan seleksi memilih 12 pondok pesantren. Kami akan memberikan arahan tentang gizi seimbang untuk mencegah anemia pada santri di pondok pesantren masing-masing,” kata Grant Senjaya, Head of Public Relations Dept-PT Ajinomoto Indonesia.
Editor : Prayudianto