“kemarin empat puluh ribu, sekarang belum tahu ini, hasilnya jelek di makan hama patek, cabainya busuk dan kering, yaa rugi ini biasanya panen tiga puluh kilo, sekarang lima kilo nggak ada,” ujar Ruti dengan bahasa Jawa.
Pada panen kali ini, para petani harus bekerja dua kali karena harus melakukan penyortiran saat melakukan panen. Cabai-cabai yang rusak dan membusuk dibuang, sementara cabai-cabai yang masih segar dikumpulkan untuk dijual kepada para tengkulak dengan harga Rp. 40.000,- per kilogramnya.
cabai banyak yang busuk diserang hama. Foto : Istimewa.
Selain hama patek, rusaknya tanaman cabai rawit ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Curah hujan yang tinggi dimusim kemarau ini, menyebabkan cabai-cabai siap panen menjadi rontok.
“ini cabainya banyak yang busuk diserang hama, yang busuk diambil dan dibuang, yang bagus diambil untuk dijual lagi, kalau kemarin masih empat puluh ribu perkilo, sekarang belum tahu, karena harganya naik turun,” ujar Wawan kepada awak media.
Atas kondisi ini, para petani hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah memberikan bantuan bibit untuk tanam cabai selanjutnya.
Editor : Prayudianto