“harapan saya anak mudapun mau memahami dan mau ikut nimbrung, karena dalam kegiatan kasepuhan ini banyak nilai poitifnya, nilai yang bisa diambil yang pertama adalah orang itu bisa menep nafsunya, bisa menahan hawa nafsunya,” ujar Sandono.
Sandono menambahkan, bahwa kebanyakan orang-orang kasepuhan tidak ongso ongso. Misalnya ada kebijakan pemerintah yang kurang adil di masyarakat, maka orang penghayat tidak ada yang mengeluh, apalagi sampai melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, yang kalau dipandang kurang elok, dan bukan merupakan ajaran budaya bangsa Indonesia.
Murtitomo Waskita Tunggal pertama kali didirikan pada tahun 1918, oleh Raden Syahid Alap Alap Sambernyowo, bangsawan keturunan Keraton Surakarta. Tujuan dari Alap Alap Sambernyowo mendirikan Murtitomo Waskita Tunggal adalah sebagai upaya untuk perjuangan melawan penjajah Belanda, baik di tanah Jawa maupun di Nusantara secara keseluruhan. Pada awalnya Murtitomo Waskita Tunggal memang hanya ada di Jawa, namun seiring berjalannya waktu, komunitas penghayat tersebut akhirnya berkembang hingga ke Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Ambon hingga Papua.
Editor : Prayudianto