get app
inews
Aa Read Next : SRPB Jatim Berangkatkan Dua Tim Respon Gempa Bawean

12 Fakta Gempa Bawean Jawa Timur, M5,9 dan M6,5 Pada 22 Maret 2024

Senin, 25 Maret 2024 | 09:43 WIB
header img
Peta sebaran Gempa Bawean hingga senin (25/03) pukul 00:00, tercatat gempa susulan sebanyak 257 kali.

Fakta ke-6, Gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar/patahan yang berusia tua. Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean yang berpenduduk. Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus. Sulit untuk mengatakan sebuah zona sesar tua (sutur) disebut stabil dan aman dari gempa, karena sudah banyak bukti aktivitas gempa yang terjadi di zona stabil dimana terdapat sutur, contohnya di Benua Australia, USA dll. Meskipun masih dalam perdebatan terkait “residual stress” tetapi fakta menunjukkan bahwa bahwa zona stabil masih bisa terjadi gempa dimana energi gempa sangat mungkin terbangun dari “super slow stress accumulation”.

 

Fakta ke-7, Gempa Bawean dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean ternyata terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan. Jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut) menurut paper yang dipublikasikan Peter Lunt (2019). Jalur sesar ini berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.

 

Ke-8, “Gempa susulan” lebih besar. Gempa Bawean memiliki “susulan” dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9). Hal ini bisa terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil. Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)

 

Editor : Prayudianto

Follow Berita iNews Tuban di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut