Meski Sulit, Raja Mataram Berjanji Bangun Tempat Penyeberangan di Tepi Sungai Bengawan Solo
Di dalam prasasti itu Gunung Satasıngga disebut sesudah Gunung Dihyang. Yang diperintahkan untuk membuat tempat penyeberangan adalah Rakai Wlar pu Sudarsana.
Setelah selesai dibuat tempat penyeberangan dengan tambatan perahunya, dua perahu dan dua buah lagi untuk cadangan, serta tempat penjagaannya, maka pejabat desa di sekeliling ketiga desa yang ditetapkan menjadi sima dimintai persetujuan tentang diadakannya tempat penyeberangan tersebut. Semuanya memberikan persetujuan.
Adapun kewajiban para petugas penyeberangan yakni melayani orang- orang yang melewati jalan itu setiap hari tanpa memungut bayaran.
Mereka itu mendapat imbalan dari hasil pajak yang masuk dari Desa Telang, Mahe, dan Paparahuan sebanyak 9 masa emas setiap tahunnya.
Editor : Prayudianto