Sejarah Lahirnya Jemaah Maiyah Cak Nun, Apa Arti Maiyah dalam Bahasa Arab?
Secara historis, maiyah merujuk pada kisah para nabi dalam Al-Qur’an. Nabi Musa A.S. menuturkan kalimat inna ma‘iya rabbī (“sesungguhnya Tuhanku bersamaku”) untuk meyakinkan kaumnya bahwa Allah senantiasa menyertai mereka. Begitu pula Nabi Muhammad SAW mengucapkan lā takhaf wa lā taḥzan, innallāha ma‘anā (“jangan takut dan jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”) saat menghadapi kejaran musuh, sebagai penghiburan sekaligus penguatan iman kepada sahabat Abu Bakar.
Dalam cakupan yang lebih luas, maiyahan dapat dimaknai sebagai sebuah bahasa sosial dan kultural. Pada dimensi kenegaraan, ia berwujud nasionalisme; pada dimensi primordial, ia merepresentasikan universalisme; pada tataran peradaban, ia mencerminkan pluralisme; dan pada ranah kebudayaan, ia melahirkan heterogenisme, yakni pemahaman serta penerimaan terhadap keragaman yang direlakan dan disadari bersama.
Definisi Maiyah dalam Perspektif Internal dan Eksternal
Bagi orang di luar lingkaran maiyah, istilah ini kerap didefinisikan secara sederhana sebagai majelisnya Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) atau sebagai gerakan sosial yang digagas oleh beliau. Namun, definisi tersebut menjadi lebih kompleks ketika pertanyaan serupa diajukan kepada orang yang berada di dalam lingkaran maiyah.
Hal ini disebabkan karena bagi para pelaku atau jamaah maiyah, makna maiyah justru bersifat personal dan lahir dari pengalaman eksistensial masing-masing individu. Misalnya, ada yang memaknai maiyah sebagai wujud kebersamaan yang guyub karena mereka benar-benar merasakan solidaritas dan persaudaraan di dalamnya.
Editor : Prayudianto