Setelah iringan berhenti, lalu dilanjutkan buka celuk yang dilagukan oleh pemain Gendruwon. Syairnya sebagai berikut : Ani ani nduk parine rubuh, kemudian disambung koor : mikul pacul ora ono dorane, tak trisnani nduk omahku adoh, bareng tak susul lali dalane. Iringan kembali berhenti dan kembali dilanjutkan ke tembang selanjutnya.
Dalam adegan Bali-balian lebih menojonlkan gerak tari pemain Ayon-ayon, Gendruwon tidak terlibat, sementara itu iringan atau musik yang digunakan adalah gending Warudoyong. Cakepannya sebagai berikut : Waru-warudoyong, warudoyong wetone kudu, ayu-ayu moblong-moblong, ayu moblong mung sliramu, rokok klobot taline siji, digawe abot ratau bali. Jika dicermati, cakepan tembang sama seperti yang disajikan dalam adegan besane Ayon- ayon yaitu parikan yang ditembangkan.
Adegan berikutnya adalah “Modo”. Modo adalah bahasa dialek setempat, kalau dalam Bahasa Jawa alus, artinya nyondro. Dalam bahasa Indonesia, lebih jamak apa yang disebut sebagai gaya bahasa Personifikasi atau perumpamaan. Biasanya dalam nyondro diawali dari ujung rambut hingga ujung kaki. Misalnya : rambute ngembang bakung, alise nanggal sepisan, mripate mbawang sebungkul, irunge blukang semende, untune miji timun, pundake nraju mas, lembeyana mblarak sempal. Namun didalam Modo ini tidak semuanya disebutkan satu-persatu. Misalnya : sun rambutmu rambutmu brintik, rambut brintik rambut kriting ngembang bakung, kowe anake sopo..? aku anake mboke. Sun batukmu nonong nonorasaru, batuk nonong batuk nonong blanyak-blanyak wani wong lanang.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait