Kalimat ini benar-benar mencerminkan puncak kepasrahan kita di hadapan Allah.
Bayangkan saat kita berada di hadapan-Nya; tidak ada yang bisa diandalkan ketika menghadap Allah. Hanya kepada-Nya lah tempat bersimpuh dan memohon perlindungan sebagai Dzat Yang Maha Pemurah. Innahuu arhamur rahimiin.
Keempat, selanjutnya, kita menunjukkan keterbatasan diri:
لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْــــنَــــيْتَ عَلَى نَــــفْسِكَ
"La uh-shi tsanaa-an 'alaika, anta kamaa atsnaita 'ala nafsika"
“Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri..”
Ketika kita mengakui kelemahan diri dengan berlindung kepada-Nya, ternyata kita juga tidak mampu memenuhi kewajiban memuji Allah sebagaimana mestinya. Termasuk dalam hal memuji-Nya. Kita mengekspresikan betapa terbatasnya kemampuan kita dalam hal ini.
Di sini terdapat kata tsana’ [ثَنَاء], yang berarti mengulang-ulang pujian.
Kita menyatakan bahwa tidak mungkin bagi kita untuk memuji Allah secara sempurna karena banyak sekali sifat-sifat baik dan nama-nama-Nya yang tidak kita ketahui.
Perbuatan Allah tidak ada batasnya dan semuanya sempurna.
Firman Allah pun tiada batasnya dan setiap firman-Nya adalah sempurna. Kebaikan Allah kepada makhluk-Nya juga tidak terbatas dan selalu sempurna. Kita hanya dapat memuji Allah dengan pujian yang Dia ajarkan kepada kita. Hanya Dia yang dapat memuji diri-Nya dengan sempurna. Oleh karena itu, apa yang bisa kita lakukan hanyalah mengakui keterbatasan diri:
“Aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri..” Di sini, kita menegaskan kesempurnaan semua sifat-sifat Allah.
Doa setelah sholat tarawih sesuai sunnah lengkap merupakan bagian penting dari ibadah yang dapat memperkuat hubungan kita dengan Allah. Wallahu Wa’lam.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait