“Memetik buah melon langsung ditempat menjadi pengalaman pertama. Seharusnya potensi ini bisa menjadi destinasi wisata petik melon,” kata Dyah Ayu salah satu pengunjung.
Melihat potensi budidaya green house yang prospektif itu, H.Isman berkeinginan memperluas dengan membangun green house baru. Apalagi disekitar area green house yang dibangun dari menggunakan dana desa Rp.50 juta itu masih terdapat lahan kosong. “Tahun ini direncakanan akan membangun dua green house baru. satu untuk budidaya melon dan satunya lagi akan dikembangkan budidaya anggur,” ujarnya. Tidak hanya itu, rencana lainnya juga akan dikembangkan budidaya melon dilahan terbuka yang memanfaatkan lahan desa tak terpakai. Suatu keniscayaan nantinya budidaya melon sistem green house ini akan menjadi destinasi wisata petik buah yang belum ada di Kabupaten Lamongan.
Pengunjung sedang memetik melon di green house (foto : Totok Martono)
Heru Zayba salah satu pengelola green house menambahkan, tanaman melon green house menggunakan bibit melon lavender dan the blue. Dilahan seluas 8X21 meter itu ditanami 5500 buah melon. Masa tanam hingga panen membutuhkan waktu 75 hari. “Merawat tanaman mudah cukup mudah. Karena sistem green house bisa menghindari serangan hama,” ujar pria ramah ini. Melon siap panen memiliki bobot antara 1,5 kilogram-2 kilogram. Dijual dengan harga antara Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu perkilogramnya. Sekali panen untuk satu lahan green house bisa mendapatkan hasil Rp 6 juta sampai Rp 7 juta.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait