4. Kelenteng Siu Hok Bio (Kecil)
Meskipun namanya berarti "Kuil Kebahagiaan Kecil," Kelenteng Siu Hok Bio memiliki peran yang signifikan dalam sejarah komunitas China di Semarang. Didirikan pada abad ke-19, kelenteng ini menjadi salah satu tempat ibadah penting, terutama bagi warga China yang tinggal di sekitar wilayah Kranggan.
Kelenteng Siu Hok Bio memiliki arsitektur yang lebih sederhana dibandingkan dengan Sam Poo Kong atau Tay Kak Sie, namun tetap mempertahankan elemen-elemen tradisional China.
Dewa utama yang dipuja di kelenteng ini, Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi), yang melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Kelenteng ini sering menjadi tempat pelaksanaan upacara sembahyang rutin dan perayaan hari-hari besar keagamaan. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan terasa kental di kelenteng ini.
5. Klenteng Wie Wie (Hakka)
Kelenteng Wie Wie memiliki ciri khas karena merupakan kelenteng yang didirikan oleh dan menjadi pusat kegiatan peribadatan bagi komunitas Hakka (Khek) di Semarang.
Komunitas Hakka memiliki sejarah migrasi yang unik dan seringkali mendirikan perkumpulan dan tempat ibadah sendiri untuk melestarikan budaya dan tradisi mereka.
Arsitektur Kelenteng Wie Wie mungkin memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan kelenteng-kelenteng lainnya, mencerminkan pengaruh budaya Hakka.
Dewa-dewi yang dipuja juga mungkin memiliki kekhasan tersendiri yang relevan dengan kepercayaan dan tradisi komunitas Hakka. Kelenteng ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat sosial dan budaya bagi warga Hakka di Semarang.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait