Memiliki panjang sekitar 200 an meter, gladak kompeni ini terdiri dari lima segmen besi utama, masing-masing sepanjang 50 meteran, yang didukung oleh struktur baja dan pondasi batu. Bagian lantai jembatan masih menggunakan papan kayu, yang kini sudah lapuk termakan usia.
Kini, fungsi jembatan telah bergeser. Meski tak lagi dilintasi kereta api, Jembatan Cincin tetap menjadi jalur alternatif warga sekitar untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo, terutama bagi pengendara motor dan pejalan kaki. Namun, kondisi jembatan yang kian rapuh membuat warga deg degan saat melintas di atas jembatan.
“Setiap hari saya lewat sini, tapi harus ekstra hati-hati. Kayunya banyak yang bolong, besinya juga berkarat,” ungkap Achmad D Nitihajo. (60), Salah seorang tokoh masyarakat seputar Babat
Selain menjadi penghubung antar wilayah, Jembatan Cincin juga menjadi pengingat sejarah kolonialisme Belanda di Tanah Jawa.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait