Prajurit Bali yang siaga di garis pantai langsung menyambut pasukan Belanda dengan perlawanan sengit. Namun, gempuran meriam memaksa pasukan Bali mundur dari pantai ke wilayah pedalaman.
Pertempuran meluas hingga ke kampung dan sawah. Satu per satu pertahanan Bali di sekitar pantai berhasil direbut Belanda. Benteng utama di Buleleng yang dipertahankan habis-habisan pada 28 Juni 1846 akhirnya jatuh ke tangan pasukan kolonial.
Kekalahan di garis pertahanan membuka jalan bagi Belanda menyerang Singaraja, ibu kota Kerajaan Buleleng. Pasukan Bali berusaha mempertahankan istana, namun kalah dalam persenjataan dan kekuatan militer.
Pada 29 Juni 1846, Istana Singaraja resmi diduduki Belanda. Gusti Jelantik dan Raja Buleleng terpaksa mundur ke Jagaraga dan akhirnya memutuskan berdamai dengan pihak kolonial.
Perang Buleleng 1846 menjadi catatan penting sejarah perlawanan Bali terhadap kolonialisme Belanda. Meski kalah secara militer, semangat juang prajurit Buleleng di bawah Gusti Jelantik menjadi simbol perlawanan rakyat Bali mempertahankan kedaulatan.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait