Saat hendak dibangun kembali, warga masyarakat tak lagi memiliki Kubah sebagai penutup atap. Warga kemudian berinisiatif membelinya di wilayah Klaten.
Marjiyo melanjutkan kisah, berangkatlah tiga tokoh warga hendak membeli Kubah baru. Di tengah perjalanan tiga warga bertemu seseorang yang membawa Kubah.
"Setelah niat membeli Kubah disampaikan, seseorang tersebut menawarkan Kubah yang dibawanya,” sambung Marjiyo.
Terjadilah kesepakatan jual beli kubah tersebut. Namun, saat ketiga orang menunduk hendak mengambil uang yang diselipkan di balik baju, orang misterius si penjual Kubah menghilang. Ketiganya lantas menduga bahwa orang tersebut Sunan Kalijaga.
Kubah tersebut juga diyakini merupakan kubah yang lenyap saat Tajuk dibakar oleh Belanda. Kubah itu tetap terpasang hingga saat ini. Kubah Masjid Sunan Kalijaga masih awet hingga saat ini. Kubah Kuno ini diyakini merupakan kubah yang dipasang sejak bangunan pertama kali didirikan.
Seiring waktu berjalan, bagunan Tajuk diperbesar. Seingat Marjiyo pernah dipugar sedikitnya tiga kali. Dua kali pemugaran yang dia ingat terjadi pada 1982 dan 1998. Saat ini masjid berukuran 9 x 16 meter persegi. Terdiri dari satu bangunan utama masjid dan serambi.
Dahulu masyarakat di desa setempat menjadikannya pusat ibadah terbesar. Bahkan sebagian masyarakat dari luar desa juga ikut beribadah di masjid ini. Karena bangunan Masjid semakin bertambah banyak sehingga saat ini masjid Sunan Kalijaga sebatas digunakan oleh warga di Padukuhan Blimbing saja.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait
